masukan kritik dan saran pada komentar. guna membangun dan sebagai acuan penulis.

masukan kritik dan saran pada komentar. guna membangun dan sebagai acuan penulis

Sabtu, 22 September 2012

RISET KEPERAWATAN


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA     PNINGKATAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI KEL JATI WARNA  KOTA BEKASI TAHUN 2009-2010
 
DI SUSUN OLEH:
ZAKARIAS PERIANTO HARDADI

09046
PEMBIM BING :
DESRIDIUS CHALID, SKM.Mkes

AKADEMI KEPERAWATAN ANTARIKSA ANTARIKSA JAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011-2012

 
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada tuhan yang maha kuasa,karna berkat dan rahmat-Nya petugas dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARHI TERJADINYA PENINGKATAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN JATIWARNA  KOTA BEKASI 2009-2010
Selama penulisan proposal ini penulis banyak mengalami berbagai hambatan, namun berkat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak akirnya penulis dapat menyelesaikan proposal ini tepat waktu
Pada kesempatan ini penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada:
1.      Ibu NS EVYNURHAYATI sebagai koordinator mata ajar RISET
2.      Ibu DESRIDIUS CHALID, SKM.Mkes sebagai Direktur AKPER ANTARIKSA JAKARTA ,dosen mata ajar dan pembimbing dalam pembuatan proposal ini
3.      Ibu LILIS KASTIRI, SKM sebagai dosen mata ajar RISET
4.      Orang tua tercinta,dan adik-adik ku di rumah yang selalu mendoakan aku.
5.      Teman-teman yang sudah membantu dalam penyusunan proposal ini

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritiknya yang bersifat membangun guna kesempurnaan proposal ini bisa bermamfat bagi para pembaca,masyarakat, dan mahasiswa-mahasiswi akper Anatariksa.


Jakarta,November 2011
                        
penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................i                  
DAFTAR ISI.........................................................................ii
BAB I      PENNDAHULUAN
1.1  Latar belakang................................................1
1.2  Rumusan masalah...........................................5
1.3  Tujuan penelitian............................................5
1.4  Manfaat penelitian..........................................6
1.5  Ruang lingkup................................................7

BAB II    TINJAUAN TEORI

2.1 Demam Berdarah..........................................8
2.1.1 Definisi.................................................8
2.1.2 Etiologi.................................................9
2.1.3 Patofisiologi.......................................10
2.1.4 Menifestasi klinik...............................11
2.1.5 Ciri-ciri nyamuk...............................13
2.2 Faktor –faktor  yang mempengaruhi...........13
2.2.1 Faktor lingkungan............................13
2.2.2 Faktor pendidikan...............................15
2.2.3 Faktor ekonomi..................................15
2.2.4 faktor kebudayaan / kebiasaan...........16

BAB III   METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka konsep.........................................17
3.2 Defenisi operasional....................................18
3.3Hipotesis.......................................................19

DAFTAR PUSTAKA..........................................................20

BAB I
                 PENDAHULUAN

1.1   Latar belakang
Sejak era reformasi,paradigma sehat digunakan sebagai paradigma pembagunan kesehatan, berarti pembagunana kesehatan harus lebih mengutamakan upaya promotif dan preventiv,tampa mengabaikan upaya kuratif dan rahabilitatif. dengan dmikian pemberatasan penyakit menular merupakan program yang sangat penting dalam pembangunan kesehatan guna mencapai visi dan misi pembangunan kesehatan yaitu “indonesia sehat 2010” untuk itu tujuan pemban gunan kesehatan diperlukan dukungan sistem kesehatan nasional (SKN) yang tangguh, subsistem pertama  SKN adalah upaya kesehatan yang mencakup antara lain pemberatasan penyakit menular  (Depkes RI,2004b)

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue ditularkan dari seorang  ke orang lain melalui gigitan yamuk aides agepty. DBD tlah munul sebgai masalah kesehatan masyarakat internasional pada abad 21,menurut WHO (2000) antara tahun 1975-1995 terdeteksi di 102 negara dari 5 wilayah WHO,yaitu 20 negara di afrika, 24 negara diamerika, 7 negarad asia tenggara, 4 negara di timur tengah dan 29 negara di fasifik barat (Depkes RI,2003)

Negara-negara d kawasan asia tenggara atara tahun 1985-1996 telah menjadi daerah hiperendemis. Jumlah kasus menunjukan peningkatan ynng tajam dalam jumlah kemataian dan kesakitan pada tiga sampai lima tahun terakir.munculnya kembali kejadian luar biasa (KLB) wabah DBD diperkirakan bahwa  terdapat sekurang-kurangnya seratus juta kasus DBD pertahun dan 500,000 kasus yang memerlukan rawat inap di rumah sakit,dmana 90% penderita adalah anak-anak di bawah 15 tahun. Angka kematian yang disebabkan oleh DBD rata-rata 5% ,dengan catatan kemtian sekitar 25.000 terjadi setiap tahun.walaupun semula DBD menjadi permasalahan di daerah perkotaan namun saat ini juga mengancam daerah pinggiran (Depkes RI,2003)

Di indonesia penyakit DBD pertma kali dilaporkan pada tahun 1968 berupa KLB di jakarta dan di surabaya dimana tercatat 54 kasus dengan 24 kematian pada tahun berikutnya kasus DBD menyebar ke kota lain yang berada d wilayah indonesia dan dilaporkan meningkat setiap tahunnya. Kejadian luarbiasa penyakit DBD terjadi di sebagian besar daerah prkotaan dan beberapa daerah pedesan (soegijanto,2003)

Penyakit DBD sampai saat inimasih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat indonesia dengan jumlah pasien yang cendrung meningkat serta daerah penyebarannya semakain meluas. DBD  terutama menyerng anak-anak namun daam beberapa ahun terakir ini cendrung semakin banyak dilaporkankasus DBD pada oarng dewasa (Depkes RI,2004a)

Awal kejadian luar biasa penyakit vius dengue setiap lima tahun selanjut nya mengaami perubahan menjadi tiga tahun, dua tahun dan akirnya setiaptahun diikuti dengan adanya kecendrungan adanya kecendrungan peningkatan infeksi virus dengue pada bulan-bulan tertentu.hal ini terjadi,kemungkinan  berhubungan erat dengan ,Perubahan iklim dan kelembapan,Terjadinya migrasi penduduk dari daerah yang belum di temukan infeksi virus dengue ke daerah endemis penyakit virus dengue  atau dari oerdesaan ke perkotaan.Meningkatnya kantong-kantong jentik nayamuk aides agepty terutama daerah yang kumuh pada bulan –bulan tertentu (soeginjanto.2003) 


Pada awal 2004 indonesai mengalami KLB DBD dengan jumlh kasus DBD sejak januari sampai mei 2004 mencapai 46.000 (incidacent rate 29,7 per 100.00 penduduk) dengan kematian 724 orang (case fantality rate 1,1%) (Depkes RI,2005)

Pemerintah melalui deoertemen sehatan dalam press release tanggal 16 febuari 2004 menetapkan bahwah telah terjadi KLB DBD dan pada tanggal 24 febuari 2004. 12 provinsi dikategorikan sebagai provinsi KLB DBD yaitu seluruh provinsi di pulau jawa, NAD, BALI, Kalsel, Sulsel , NTB dan NTT,  beberapa daerah juga menunjukan adanya peningkatan penyakit DBD yaitu di provinsi Riau, Sumsel,Sumbar, Lampung,Kaltim,kalteng,kalbar, Sulut, dan papua (Depkes RI, 2004a)
Warga Kota dan Kabupaten Bekasi harus mewaspadai lingkungan yang menjadi sarang nyamuk demam berdarah dengue (DBD) berkembang biak. Pasalnya, menurut data Dinas Kesehatan Jawa Barat tahun 2009, Bekasi mendapat peringkat kedua kasus DBD terbanyak se-Jawa Barat setelah Bandung. Jumlah kasus DBD Bekasi tercatat 3.449 kasus. Saat ini, berdasarkan pemantauan SP dari RSUD Kota Bekasi, tercatat terdapat 11 warga di Kelurahan Jatiwarna dan Jatimurni, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat, terjangkit DBD. Warga RT 05 RW 02, Kelurahan Jatiwarna, Maman (38) di Bekasi, Senin (18/1), mengatakan, penyakit tersebut mulai menyerang warga sejak awal Januari 2010 lalu. "Di wilayah saya, sedikitnya ada enam korban DBD.

Rata-rata korbannya masih satu rumah akibat curah hujan yang tinggi sehingga airnya tertampung di sejumlah lokasi cekungan dan timbul jentik nyamuk," katanya.”Menurut Maman”, warga sudah sering mengusulkan kepada puskesmas terdekat untuk melakukan upaya pencegahan melalui penyemprotan (fogging) untuk mengurangi wabah DBD di lingkungan mereka. Namun, belum mendapat tanggapan."Saya dan beberapa orang warga lainnya pernah mendatangi Puskesmas Jatiwarna untuk meminta fogging, namun hingga hari ini belum tampak direalisasikan," katanya. Belum "Fogging"

Kepala Puskesmas Jatiwarna, “Dra Nunung” mengakui kasus DBD di wilayahnya sudah mulai berkembang memasuki musim hujan saat ini. Alasan belum dilakukan fogging, katanya, karena hingga saat ini tim jumantik dari Dinas Kesehatan (Dinkes) di wilayah setempat belum menemukan adanya positif jentik nyamuk.

Berdasarkan data yang ada, tahun 2009 tercatat data Dinkes Kota Bekasi, dalam setahun terakhir jumlah penderita DBD mencapai 3.590 kasus, tahun 2008 tercatat ada 2.857 korban DBD di Kota Bekasi dengan jumlah meninggal dunia tercatat 23 orang. Sementara pada tahun 2007, jumlah kasus DBD di Bekasi mencapai 3.268 kasus.

Siaga DBD Sementara itu, Kepala Dinkes Jabar, Alma Lucyati dalam siaran persnya mengatakan, diperkirakan pada Desember 2009 hingga Januari 2010 merupakan puncak musim hujan. Oleh sebab itu, Dinas Kesehatan melakukan status siaga demam berdarah. "Seperti diketahui, nyamuk demam berdarah selalu datang ketika musim penghujan tiba. Mereka hidup dalam genangan air," ujar Alma. Alma mengimbau kepada masyarakat agar bisa menguasai populasi nyamuk tersebut.
Setiap orang harus menguasai populasi nyamuk tersebut agar tidak berkembang biak.



1.2   Rumusan masalah

Dalam penelitian saat ini peneliti merumuskan masalah, apakah ada hubungan antara faktor lingkungan, pendidikan, ekonomi dan budaya dengan terjadinya peningkatan penyakit DBD kelurahan jati warna  kota Bekasi 2009-2010.



1.3   Tujuan penelitian

1.3.1        Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan penyakit DBD di kelurahan  jati warna  kota Bekasi 2009-2010

1.3.2        Tujuan kusus
1.3.2.1              Untuk mengetahui apakah faktor lingkungan mempengruhi terjadinya peningkatan penyakit DBD kelurahan jati warna  kota Bekasi 2009-2010
1.3.2.2              Untuk mengetahui apakah faktor pendidikan mempengaruhi terrjadinya peningkatan penyakit DBD kelurahan  jati warna kota  Bekasi 2009-2010
1.3.2.3              Untuk mengetahui apakah faktor ekonomi  mempengaruhi  terjadinya peningkatan penyakit DBD kelurahan  jati warna   kota Bekasi.2009-2010
1.3.2.4              Untuk mengetahui apakah faktor budaya/kebiasaan mempengaruhi terjadinya peningkatan penyakit DBD kelurahan  jati warna kota Bekasi.2009-2010


1.4   Manfaat penelitian

1.4.1        Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan pengalaman yang nyata mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan penyakit DBD di kelurahan  jati warna kota Bekasi 2009-2010
1.4.2        Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini sebagai dasar pengetahuan dan pemikiran serta menjadi informasi dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD.dan diharapkan dapat menjadi masukan bagi masyarakat kususnya di kec jati warna bekasi, dalam menghadapi wabah DBD agar DBD tidak menjadi KLB di daerah setempat

1.4.3        Bagi dinas kesehata
Hasil penelitian ini sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam pemecahan masalah pada program kesehatan bidang penyakit menular, khususnya masalah pencegah penyakit DBD agar dapat dijadikan sebagai monitoring dan evaluasi program pemberantasan penyakit menular

1.4.4        Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut
Hasil penelitian ini diharapkan Menambah pengetahuan dan pengalaman khusus dalam melakukanpenelitian ilmiah terhadap beberapa faktor yang menyebabkan terjadinyapeningkatan kasus DBD. diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti lain dalam mengembangkan penelitian sehingga bermanfaat bagi kita semua.

1.5   Ruang lingkup
Diketahui bahwa penderita DBD di masyarakat sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor, oleh karena itu pnelitian ini hanya di batasi pada kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan penyakit DBD di kelurahan jati warna kota bekasi 2009-2010
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1   DEMAM BERDARAH DENGUE
2.1.1 Definisi Demam Brdarah Dengue (DBD)
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Sri Rejeki H Hadinegoro, 2005: 15).
Penyakit ini adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh 4 serotipe virus Dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapatmenyebabkan kematian (Soegeng Soegijanto, 2002: 45)
Penyakit DBD atau DHF ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut (Kristina et al, 2004).
Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda perdarahan dikulit berupa bintik perdarahan, lebam/ruam. Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah,kesadaran menurun atau shock (Depkes RI, 1992).
                                                                                                    
2.1.2  Etiologi
Penyebab dari penyakit demam berdarah adalah virus Dengue jenis arbovirus dengan 4 serotipenya yaitu D1, D2, D3 dan D4. Virus ini memerlukan perantara untuk bisa masuk ke tubuh manusia. Perantara/vektor virus ini adalah nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Sosok kedua jenis Aedes ini hampir serupa, namun yang banyak menularkan demam berdarah adalah Aedes aegypti.
Badan nyamuk ini lebih kecil dari nyamuk rumah. Karakteristik nyamuk jenis ini adalah pada badan dan tungkai nyamuk terdapat belang hitam dan putih. Nyamuk betina menghisap darah agar bisa memperoleh protein unutuk mematangkan telurnya, sampai dibuahi oleh nyamuk jantan. Nyamuk mendapat virus demam berdarah dari pasien Demam Berdarah Dengue, demam Dengue, maupun orang yang tidak tampak sakit namun dalam aliran darahnya terdapat virus Dengue (karier). Pada saat nyamuk menggigit orang tersebut, virus dengue akan terbawa masuk bersama darah yang dihisapnya ke dalam tubuh nyamuk nyamuk itu.

Virus dalam tubuh nyamuk tersebut akan berkembang biak tanpa nyamuk itu menjadi sakit demam berdarah. Dalam tempo 7 hari, virus dengue sudah tersebar di seluruh bagian tubuh nyamuk termasuk di kelenjar air liurnya. Jika nyamuk ini menggigit orang lain, virus dengue akan turut berpindah bersama air liur nyamuk ke dalam tubuh orang tersebut. Sifat gigitan nyamuk yang dirasakan manusia tidaklah berbeda dengan gigitan nyamuk lainnya. Artinya, tidak lebih sakit, tidak lebih gatal, tidak juga lebih meninggalkan bekas yang istimewa (Erik Tapan, 2004: 84).

2.1.3 Patofisiologi
Cara Penularan Demam Berdarah Dengue Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Virus dengue dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah menghisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi eksentrik).

Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue ini menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelumnya menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (proboscia), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur ini virus Dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Akibat infeksi dari virus, orang yang kemasukan virus Dengue, akan membentuk zat anti (antibodi) yang spesifik sesuai dengan tipe virus Dengue yang masuk.
Tanda atau gejala yang timbul ditentukan reaksi antara zat anti di dalam tubuh dengan antigen di dalam virus Dengue yang baru masuk. Penularan Demam Berdarah Dengue dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya. Menurut teori infeksi sekunder, seseorang dapat terserang Demam Berdarah Dengue, jika mendapat infeksi ulangan dengan virus dengue tipe yang berlainan dengan infeksi sebelumnya. Infeksi dengan satu tipe virus Dengue saja, paling berat hanya akan menimbulkan demam dengue disertai pendarahan (Dinkes Provinsi Jateng, 2006:25).

          2.1.4 Menifestasi klinik
Tanda dan Gejala Penyakit DBD
2.1.4.1 Demam
Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung 2-7 hari. Panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi,dan pada hari ke-6 atau ke-7 panas mendadak turun.
2.1.4.2 Tanda-tanda perdarahan
Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya berupa uji Tourniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu atau lebih manifestasi perdarahan sebagai berikut: Petekie, Purpura, Ekimosis, Perdarahan konjungtiva, Epistaksis, Pendarahan gusi, Hematemesis, Melena dan Hematuri. Uji Tourniquet positif sebagai tanda perdarahan ringan, dapat dinilai sebagai presumptif test (dugaan keras) oleh karena uji Tourniquest positif pada hari-hari pertama demam terdapat pada sebagian besar penderita DBD.
Namun uji Tourniquet positif dapt juga dijumpai pada penyakit virus lain (campak, demam chikungunya), infeksi bakteri (thypus abdominalis) dan lain-lain. Petekie merupakan tanda pendarahan yang tersering ditemukan. Tanda ini dapat muncul pada hari-hari pertama demam. Epistaksis dan perdarahan gusi lebih jarang ditemukan, sedangkan perdarahan gastrointestinal biasanya menyertai renjatan. Kadang-kadang dijumpai pula perdarahan konjungtiva serta hematuri.


2.1.4.3 Pembesaran hati (hepatomegali)
Sifat pembesaran hati:
Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit,dan Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus.hal ini di sebabkan oleh hati sebagia penyaring.


2.1.4.4 Renjatan (syok)
Tanda-tanda renjatan biasanya Kulit terasa dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari tangan dan kaki Penderita menjadi gelisah Sianosis di sekitar mulut Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang Sebab renjatan: karena perdarahan, atau karena kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang terganggu.

2.1.4.5 Trombositopeni
Jumlah trombosit ≤ 100.000/μl biasanya ditemukan diantara hari ke 3-7
sakit, pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti bahwa jumlah trombosit dalam batas normal menurun. Pemeriksaan dilakukan pada saat pasien diduga menderita DBD, bila normal maka diulang tiga hari sampai suhu turun.

2.1.4.6  Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
Meningkatnya nilai hematokrit (Ht) ≥20% menggambarkan hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator yang peka terjadinya perembesan plasma, sehingga dilakukan pemeriksaan hematokrit secara berkala. Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningkatan hematokrit (Depkes RI, 2005: 2).



2.1.5 Ciri-ciri Nyamuk Aedes aegypti

Menurut Nadezul (2007), nyamuk Aedes aegypti telah lama diketahui
sebagai vektor utama dalam penyebaran penyakit DBD, adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
Badan kecil berwarna hitam dengan bintik-bintik putih, Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter, Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan, menghisap darah pada pagi hari sekitar pukul 09.00-10.00 dan sore haripukul 16.00-17.00.

Nyamuk betina menghisap darah unuk pematangan sel telur, sedangkan nyamuk jantan memakan sari-sari tumbuhan, Hidup di genangan air bersih bukan di got atau comberan, Di dalam rumah dapat hidup di bak mandi, tempayan, vas bunga, dan tempat air minum burung, Di luar rumah dapat hidup di tampungan air yang ada di dalam drum, danban bekas.


2.2  FAKTOR-FAKTOR
2.2.1 Faktor lingkungan
Suatu keadaan di sekitar  rumah bik buruk apa adanya, yang meliputi lingkungn fisik,biologi,dan musim
2.2.1.1 Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik yang terkait adalah: seperti tempat penampungan air (TPA) sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti. Macam tempat penampungan air air ini dibedakan lagi berdasarkan bahan TPA (logam, plastik, porselin, fiberglass, semen, tembikar dan lain-lain), warna TPA (putih, hijau, coklat, dan lain-lain), volume TPA (kurang dari 50 lt, 51-100 lt, 101-200 lt dan lain-lain), penutup TPA (ada atau tidak ada), pencahayaan pada TPA (terang ataugelap) dan sebagainya.

2.2.1.2 Lingkungan Biologi
                  
Banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan, yang mempengaruhi kelembababan dan pencahayaan di dalam rumah dan halamannya. Bila banyak tanaman hias dan tanaman pekarangan berarti akan menambah tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap istirahat dan juga menambah umur nyamuk. Pada tempat-tempat yang demikian di daerah pantai akan memperpanjang umur nyamuk dan penularan mungkin terjadi sepanjang tahun di tempat tersebut. Hal ini seperti merupakan fokus penularan untuk tempat-tempat sekitarnya. Pada waktu musim hujan menyebar ke tempat lain dan pada saat bukan musim hujan kembali lagi ke pusat penularan (Depkes RI, 2002: 1).

2.2.1.3 Musim
Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim panas, meskipun ditemukan kasus DBD sporadis pada musim dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD terjadi pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah musim hujan.
Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk masa inkubasi.
2.2.2  Faktor pendidikan
Pengetahuan merupakan hasil proses keinginan untuk mengerti, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terutama indera pendengaran dan pengelihatan terhadap obyek tertentu yang menarik perhatian terhadap suatu objek.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung, sedangkan tindakan nyata seseorang yang belum terwujud (overt behavior). Pengetahuan itu sendiri di pengaruhi oleh tingkat pendidikan, dimana pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan, selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran dari pendidikan.

2.2.3 Faktor Ekonomi
Tingkat pendapatan/tingkat kesejateraan suatu rumah tangga,dimana Status Ekonomi Akan mempengaruhi kunjungan untuk berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit yang menjadi paktor untuk masyarakat selalu menderita DBD ,Sebagi contoh di daerah yang sulit akan air, dimana untuk kebutuhan hidup sehari-hari air harus dibeli, maka pekerjaan untuk menguras bak mandi, tempayan seminggu sekali sangat memberatkan kehidupan mereka.dan faktor ekonomi menunjang faktor  pendidikan dan faktor lainnya.
Denga kriteria penghasilan  rendah < Rp 500.0000 menegah 500.000-1000.000. dan pendapatan ats  >Rp1300.000.

.2.4 faktor budaya/kebiasaan
2.2.1    kebiasaan
2.2.1.1Kebiasaan menggantung pakaian
Kebiasaan menggantung pakain adi dalam rumah merupakan indikasi menjadi kesenangan beristirahat nyamuk Aedes aegypti. Kegiatan PSN dan 3M ditambahkan dengan cara menghindari kebiasaanmenggantung pakaian di dalam kamar merupakan kegiatan yang mestidilakukan untuk mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga penularan penyakit DBD dapat dicegah dan dikurangi


2.2.1.2 Siklus pengurasan TPA > 1 minggu sekali.

Salah satu kegiatan yang dianjurkan daelam pelaksanaan PSN adalah pengurasan TPA sekurang kurangnya dalam frekuensi 1 minggu sekali
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti (SoekidjoNotoatmodjo, 2002: 43). Keranka konsep dalam penelitin ini adalah :
   
Variabel indevenden :                                     Variabel devenden:
Faktor-fsktor:
Faktor lingkungan
Faktor  pendidikan
Fakor ekonomi
Faktor kebudayaan/kebiasaan
DEMAMA BERDARAH DENGUE
(DBD)

3.2 Definisi operasional
No
Variabel
Definisi operasional
Kategori
Alat ukur
skala
1
 Lingkungan
Suatu keadaan di sekitar lingkungan rumah,yang meliputi lingkungn fisik,biologi,dan musim
1.lingkungn bersih
2.lingkungan kotor
kuisoner
ordinal
2
Pendidikan
Notoatmodjo (2003), merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung
1.      SD
2.      SMP
3.      SMA
4.      Perguruan tinggi
kuisoner
ordinal
3
Ekonomi
Tingkat pendapatan / kesejateraan suatu rumah tangga,Status Ekonomi Akan mempengaruhi kunjungan untuk berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit
1 rendah
 < Rp 500.000
2 menengah Rp500,000 -
1000.000
3 atas > Rp 1300.000

kuisoner
ordinal
4
Kebudayaan/
Kebiasaan
Suatu tingkah laku/prilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari yang dapat mempengaruhi kesehatan nya. Seperti kebiasaan Siklus pengurasan TPA > 1 minggu sekali,Kebiasaanmenggantung pakaian
1 baik
2 buruk
kuisoner
ordinal

3.3 Hipotesis
3.1.3.1 ada hubungan antara faktor lingkungan dengan terjadinya peningkatan penyakit DBD di kec jati warna kota Bekasi 2009-2010
3.1.3.2 ada hubungan antara faktor pendidikan mempengaruhi terrjadinya peningkatan penyakit DBD di kec jati warna kota Bekasi 2009-2010
3.1.3.3 ada hubungan antara faktor ekonomi  mempengaruhi  terjadinya peningkatan penyakit DBD di kec jati warna kota Bekasi 2009-2010
3.1.3.4 ada hubungan antara faktor budaya/kebiasaan mempengaruhi terjadinya peningkatan penyakit DBD di kec jati warna kota Bekasi 2009-2010









DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, Ditjen PPM&PLP. 2003. Demam Berdarah dapat Dicegah Dengan Pemberantasan Jentik Nyamuknya. Jakarta: Depkes RI.

_______________________. 2004. Pedoman Survei Entomologi DBD. Jakarta.Depkes RI.
_______________________. 2005. Pencegahan dan Pemberantasan DemamBerdarah Dengue. Jakarta: Depkes RI.

_______________________. 1992.  Petunjuk Teknis Pemberantasan NyamukPenular Penyakit DBD. Jakarta. Depkes RI.

_______________________.1992. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit DBD. Jakarta. Depkes RI.

Erik Tapan. 2004. Flu, HFMD, Diare pada Pelancong, Malaria, Demam Berdarah, dan Tifus. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Mukono. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press.

Sri Rejeki H Hadinegoro dkk. 2005. Demam Berdarah Dengue. FKUI: Jakarta.

Soegeng Soegijanto. 2002. Ilmu Penyakit Anak: Diagnosa & Penatalaksanaan. Jakarta: Salemba Medika.

Soekidjo Notoatmodjo. 2002. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.

http://www.suarapembaruan.com/News/2010/01/19/index.html

Tidak ada komentar: